Selasa, 21 September 2010

Miyabi Meninggal Dunia?

 September 2010 - 09:57 wib

Novi Muharrami - Okezone
Detail Berita
Maria Ozawa alias Miyabi (foto; Ist)
JAKARTA- Beberapa pengguna Twitter kembali heboh dengan berita meninggalnya aktris Menculik Miyabi, Maria Ozawa. Artis porno Jepang ini juga pernah diberitakan meninggal dunia akibat HIV/AIDS 2008 dan 2009 lalu.

Beberapa pengguna Twitter berkicau tentang kabar Miyabi meninggal. Rata-rata mereka mulai memposting sekira pukul 21.00 WIB.

Misalnya saja pemilik akun ayusastrii. "Pasti anak facebook belum tau gosip miyabi meninggal," tulisnya, Minggu (19/9/2010).

Namun kemudian ada juga yang mempertanyakan kebenaran kabar tersebut. "Miyabi gak masuk TT? Berarti hoax kali yaa," tulis pemilik akun hyorine_.

Sejak tampil dalam film Indonesia Menculik Miyabi, pemilik nama lengkap Maria Ozawa ini mempublikasikan akun twitter yang langsung diposting lewat iPhone atau Blackberry miliknya.

Namun saat berkunjung ke akun twitternya, Miyabi masih aktif memposting kegiatannya. Salah satunya, Miyabi masih menonton pertandingan antara Manchester United versus Liverpool.

"YNWL Liverpool! via http://4sq.com/dDiUKl," tulisnya lewat foursquare sekira pukul 21.00 WIB, saat berlangsung pertandingan Liga Inggris yang disiarkan langsung.
"WTF! *_* 3-2 come on Liverpool! #YWNWL," tulisnya kemudian.

Melihat aktivitas di Twitter, kabar meninggalnya Maria Ozawa alias Miyabi bisa dipastikan Hoax. Berita seperti ini pun kerap beredar di dunia maya

Senin, 13 September 2010

PERANAN APOTEKER MENUJU INDONESIA SEHAT 2010


SEHAT = adalah kondisi badan atau jiwa yang bebas dari penyakit .




Sehat merupakan idaman setiap orang dan merupakan hak azasi setiap manusia.

INDONESIA SEHAT 2010 = adalah v i s i dari Departemen Kesehatan R.I yang ditetapkan pada tahun 1999, merupakan gambaran masyarakat Indonesia pada tahun 2010 yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu , adil , dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk mencapai visi dilakukan gerakan yang namanya m i s s i , yaitu :
1. Menggerakkan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

Untuk mencapai visi dan melaksanakan misi dirumuskan :
a. SASARAN.
b. STRATEGI.
c. PROGRAM.
d. INDIKATOR.

a. SASARAN.
Sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah :
1. Perilaku hidup sehat.
2. Lingkungan sehat.
3. Upaya kesehatan.
4. Manajemen Pembangunan Kesehatan .
5. Derajat Kesehatan.

Diantara sasaran tersebut yang sangat relevan dengan peran farmasis adalah Upaya
Kesehatan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan..

Upaya Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna :
1. Sarana kesehatan yang bermutu.
2. Jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan.
3. Penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
4. Penggunaan obat secara rasional.
5. Pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif.
6. Biaya kesehatan yang dikelola secara efisien.
7. Ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

Manajemen Pembangunan Kesehatan
Meningkatnya secara bermakna :
1. Sistem informasi pembangunan kesehatan.
2. Kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan.
3. Kepemimpinan dan Manajemen Kesehatan.
4. Peraturan perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan.
5. Kerjasama lintas program dan sektor.

Pada Manajemen Pembangunan Kesehatan peran apoteker lebih berhubungan dengan Kepemimpinan dan Manajemen Kesehatan serta Peraturan perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan..

Siapapun dan dimanapun orang / pimpinan organisasi profesi berbicara dalam masalah kefarmasian , intinya tidak lain adalah pelaksanaan " Pharmaceutical Care " ( P.C. )
P.C. ada yang mengartikan " Asuhan Kefarmasian " , ada juga " Perhatian Kefarmasian " atau "Kepedulian Kefarmasian ".
Pharmaceutical Care adalah tanggung jawab farmako-terapi dari seorang apoteker untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien .
P.C. di implementasikan ( dilaksanakan ) dengan " Good Pharmacy Practice "( Cara Praktik di Apotik yang Baik ) ( = CPAB ).

Dalam pelaksanaan CPAB diperlukan :

1. Keterlibatan langsung farmasis ( apoteker ) dalam segala segi pelayanan kebutuhan pasien (obat-obatan dan alat kesehatan ) .
2. Aktifitas utama apotik adalah :
= menyalurkan obat-obatan dan alat kesehatan dengan mutu dan keabsahannya yang terjamin ;
= memberikan informasi obat yang tepat ;
= membantu monitoring efek dari obat / alat kesehatan tersebut.
3. Kontribusi apoteker yang menyeluruh dalam hal penggunaan obat yang tepat dan peresepan yang rasional serta ekonomis .
4. Setiap orang / petugas di apotik sudah diberi tahu bahwa tugas setiap pelayanan apotik sangat penting dan saling berhubungan satu dengan lainnya.

Untuk itu diperlukan pelayanan yang professional yaitu pelayanan yang :
- Dilaksanakan dengan kemampuan dan disiplin yang tinggi .
- Mengamalkan kode etik dan standar profesi.
- Taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu , adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya ( Mencapai Indonesia Sehat 2010 ) , semua apoteker dimanapun dia bertugas harus memiliki perhatian utama ( focus ) pada kesejahteraan / keselamatan pasien dan anggota masyarakat lainnya antara lain :

A. Kepada apoteker yang bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotik ( APA ) difokuskan perannya kepada :
a. Menyediakan , menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang mutu dan keabsahannya terjamin.
b. Melayani dan mengawasi peracikan dan penyerahan obat.
c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat , baik dengan resep dokter maupun penjualan bebas.
d. Melaksanakan semua peraturan kefarmasian tentang apotik.
e. Tidak terlibat konspirasi penjualan obat keras ke dokter praktek, toko obat dan sarana lainnya yang tidak berhak.
f. Melakukan kerjasama yang baik dengan apotik sekitarnya dalam rangka meningkatkan pelayanan pada pasien.

B. Kepada apoteker yang bekerja di industri farmasi / marketing pabrik farmasi diminta perannya dalam :
a. Mentaati peraturan dan etika tentang penyaluran sediaan farmasi utamanya obat keras.
b. Tidak membuat kebijakan marketing yang merugikan pasien ( konsumen ) dengan membuat pejanjian dengan tenaga kesehatan tertentu yang meningkatkan harga obat yang dipikul oleh pasien (konsumen ).

C. Kepada apoteker pada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota / Sudin YanKes Kotamadya diharapkan perannya :
a. Meningkatkan pelaksanaan tugas pengaturan dan pembinaan pada sarana kefarmasian.
b. Menindak-lanjuti secara adil pelanggaran yang dilakukan oleh toko obat, apotik dan praktek profesi lainnya yang menyimpang dari peraturan yang berlaku.

D. Kepada apoteker di Badan POM atau Balai POM di provinsi diharapkan perannya
a. Melakukan pemeriksaan atas penyaluran obat-obatan dari industri dan pedagang besar farmasi, jika ditemukan penyimpangan segera melaporkan nya pada Menteri Kesehatan untuk ditindak-lanjuti.
b. Melakukan pembinaan dan peningkatan pada sarana pengawasan dan pengujian obat di daerah baik kualitatif maupun kuantitatif.
c. Meningkatkan pengawasan peredaran sediaan farmasi yang palsu atau tidak absah..


E. Kepada apoteker yang berada di Departemen Kesehatan / Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan diharapkan perannya :
a. Menyiapkan peraturan yang mengharuskan keberadaan apoteker di apotik selama ada pelayanan kefarmasian demi meningkatkan pelayanan kepada pasien / masyarakat.
b. Menyiapkan peraturan yang mengharuskan adanya minimal 2 apoteker jika apotik melayani masyarakat lebih dari 8 jam dan minimal 3 apoteker jika apotik melayani masyarakat 24 jam.
c. Menyiapkan sanksi administratif pada sarana industri farmasi yang melakukan pelanggaran peraturan Menteri Kesehatan atas laporan Badan POM / Balai POM.
d. Menyusun dan mengusulkan adanya Badan yang mengevaluasi dan mengendalikan harga obat nama dagang yang beredar di Indonesia demi melindungi masyarakat banyak dan agar Indonesia ini tidak lebih liberal dari negara liberal.
e. Menyiapkan dan menegaskan kembali peraturan mengenai pemisahan yang jelas tugas masing-masing profesi dalam lingkungan kesehatan.

Jika semua apoteker berperan untuk meningkatkan pelayanannya dan mempunyai niat baik untuk memperbaiki situasi kefarmasian , maka harkat dan martabat apoteker bisa diraih kembali.


PERAN APOTEKER ======> PRAKTEK FARMASI


====> PRAKTEK PROFESI APOTEKER ====> KEMANDIRIAN

====> dibutuhkan 3 ASPEK yang PERLU DIPERBAIKI :

1. ASPEK STRUKTURAL = STRUKTUR ( perapotikan)
(Pemerintah,organisasi )
= TUGAS, WEWENANG,
TG.JAWAB. ( Dr , drg, apt ,
bidan , perawat, toko obat )

= BIN , WAS , DAL .
( apa ,siapa )

2. ASPEK INSTRUMENTAL = Per - UU - an .
( Pemerintah) (penyimpangan)
=> APOTEK
(perjanjian kerja)
=> DISTRIBUSI OBAT.

=> HARGA ---> OND / Komisi R/,
Dispensing,
Obat Selundupan,
---> OGB

3. ASPEK KULTURAL => MENTAL
( Organisasi ISFI ) (4 dekade terlena)
=> ETIKA

Saat ini => MINIMAL TIAP HARI DATANG KE APOTIK
Selanjutnya => BERADA DI APOTIK SAAT APOTIK BUKA, AKTIF MELAKUKAN PELAYANAN.

(Azwar Daris,  MPEAD - ISFI DKI Jakarta)
sumber

Minggu, 12 September 2010

OBAT-OBAT ANTI EPILEPSI

Epilepsi Merupakan suatu gejala akibat lepasnya aktifitas elektrik yang berlebihan dan periodik dari neuron serebrum, yang dapat menimbulkan aktivitas hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktifitas otonom dan berbagai gangguan psikik. Tidak normal / tidak stabilnya membran sel syaraf (neuron) atau membran sel-sel penyokong sekitarnya,biasanya diawali dari daerah masa abu-abu daerah korteks atau sub korteks diawali sejumlah kecil neuron normal,dan menyebar ke neuron normal lainnya. Akibatnya terjadi gangguan konduktansi pada membran.
Obat anti epilepsi pertama adalah Bromide, yang digunakan pada akhir abad ke-19. Fenobarbital merupakan agen organik sintetik pertama yang diketahui memiliki aktivitas anti kejang. Namun kegunaannya, itu terbatas pada kejang clonic tonik umum, dan untuk tingkat yang lebih rendah, sederhana dan kejang parsial kompleks. Fenobarbital tidak berpengaruh pada kejang absence. Struktur kimia obat yang sebagian besar diperkenalkan sebelum tahun 1965 terkait erat dengan fenobarbital, termasuk hidantoin dan succinimides.
Struktur kimia yang berbeda dari benzodiazepin, iminostilbene (carbamazepine), dan rantai-cabang asam karboksilat (asam valproat) diperkenalkan antara tahun 1965 dan 1990, diikuti pada 1990-an oleh seorang phenyltriazine (lamotrigine), analog siklik dari GABA ( gabapentin), substitusi sulfamat monosakarida (topiramate), turunan asam nipecotic (tiagabine), dan derivat pirolidin (levetiracetam).
Fenitoin
Fenitoin efektif terhadap semua tipe kejang tetapi tidak untuk kejang absence. Fenitoin memiliki rumus struktur berikut :

Cabang 5-fenil atau aromatik lain diketahui esensial terhadap aktivitas terhadap kejang. Cabang alkil pada posisi 5 memiliki kontribusi terhadap efek sedatif, khasiat yang tidak dimiliki oleh fenitoin.


Efek yang paling signifikan dari fenitoin adalah kemampuannya mengubah pola dari kejang listrik maksimal. Aksi ini telah diteliti dengan obat-obat anti kejang lainnya yang efektif melawan kejang tonic-clonic pada umumnya. Tapi fenitoin tidak menghambat kejang clonic yang disebabkan oleh fentilenetetrazol.
Farmakokinetika Fenitoin
Karakteristik farmakokinetk fenitoin dipengaruhi oleh ikatan protein plasma, oleh kinetika non linear dan dari metabolisme oleh CYP. Ikatan protein plasma ± 90% terutama pada albumin. Sedikit perbedaan persentase fenitoin yang terikat sangat mempengaruhi jumlah absolut obat bebasnya. Peningkatan obat bebas sangat jelas terjadi pada neonatus, pasien hipoalbuminemia, dan pasien uremic.
Waktu paruh eliminasinya antara 6-24 jam pada konsentrasi plasma dibawah 10μg/mL, meningkat pada konsentrasi yang lebih tinggi. 95% fenitoin dimetabolisme di hati oleh karena itu klirens meningkat bila kadar serumnya meningkat. Rata-rata nyata Vmax adalah 0.45 mg/L/jam; Km adalah 6.2 mg/L. Karena metabolismenya saturable, obat-obat lain yang dimetabolisme oleh enzim yang sama dengan fenitoin dapat menghambat metabolisme fenitoin sehingga konsentrasi plasmanya meningkat.
Vd 0.83 ± 0.2 L/kg pada orang dewasa dengan acute seizures dan 0.79 ± 0.25 L/kg pada org dewasa dengan sakit kritis setelah trauma. Sekitar 70% diekresikan melalui urin sebagai inactive metabolite, 5-(p-hydroxyphenyl)-5-phenyl hydantoin. Kurang dari 5% diekresikan dalam bentuk utuh di urin.
Waktu tunak (steady state) meningkat seiring peningkatan dosis dan kadar serum. Steady state biasanya berkisar antara 7–14 hari tapi bisa juga memakan waktu lama hingga 28 hari. Kadar serum 10–20 mg/L (40–80 _mol/L) pada pasien dengan fungsi ginjal dan konsentrasi albumin normal.
Nystagmus, ataxia, atau pusing muncul pada kebanyakan pasien bila kadar serum mencapai 20 mg/L Drowsiness, diplopia, kelainan tingkah laku dan kerusakan kognitif timbul pada serum levels diatas 30 mg/L (120 _mol/L).
Interaksi obat : pemberian bersamaan dengan karbamazepin dapat mengurangi konsentrasi fenitoin.




Fenobarbital
Fenobarbital merupakan senyawa sintetis pertama yang efektif terhadap serangan kejang. Toksisitasnya relatif rendah dengan harga yang murah. Struktur dari fenobarbital adalah:

Aktivitas maksimal diperoleh jika satu cabang pada atom C5 merupakan gugus fenil. Jika gugus fenilnya 2 maka potensinya lebih rendah.
Farmakokinetika Fenobarbital (Luminal)
Sekitar 70-90% dari dosis oral diabsorbsi secara lambat pada saluran cerna. Puncak konsentrasi plasma dicapai dalam 8-12 jam dan puncak konsentrasi pada otak dalam 10-15 jam. Umumnya konsentrasi plasma 10-40 mcg/mL menimbulkan aktivitas antikonvulsan. Konsentrasi plasma diatas 50 mcg/mL dapat menimbulkan koma, lebih dari 80 mcg/mL berpotensi kematian.
Pada pemberian IV, onset of action biasanya timbul sekitar 5 menit and efek maximum diperoleh sekitar 30 menit. Pemberian IM atau subkutan menghasilkan onset of action yang lebih lambat. Duration of action dari pemberian luminal secara parenteral umumnya 4-6 jam.
Ikatan protein plasma berkisar antara 40-60%. Dieksresikan secara utuh dalam urin sekitar 20-30%. Hingga 25% dari dosis eksresinya tergantung pH ginjal. Eliminasi nya dapat meningkat dengan alkalinasi urin. Waktu paruh eliminasinya 4-5 hari. Obat yg tdk dmetabolisme dapat terakumulasi pada pasien oliguria atau uremia.
Meskipun hubungan yang tepat antara efek terapi dan konsentrasi obat dalam plasma tidak ada, konsentrasi plasma 10-35 μg/mL biasanya direkomendasikan untuk pengobatan kejang. Hubungan konsentrasi plasma luminal dengan efek samping bervariasi oleh karena adanya toleransi. Konsentrasi yang lebih besar dari 60 μg/mL dapat berhubungan dengan intoksikasi pada individu yang tidak toleran.
Pemberian norit secara oral dpt meningkatkan eliminasi luminal. Pada pemberian luminal secara IV, pemberian norit secara oral menurunkan waktu paruh serum luminal dari 110 mjdi 45 jam dan meningkatkan mean total body dan klirens nonrenal obat masing-masing dari 4.4 mjd 12 mL/kg per jam dan dari 52 mjd 80% dari total body klirens.
Efek toksik yang mungkin timbul dari penggunaan luminal antara lain sedasi, toleransi pada medikasi kronis, nystagmus dan ataksia pada dosis berlebih, terkadang menimbulkan iritabilitas & hiperaktifitas pada anak-anak, serta agitasi & kebingungan pada orang tua.
Karbamazepin
Struktur karbamazepin :

Secara kimia mirip dengan anti depresan trisiklik. Merupakan derivat iminostilben dengan gugus karbamil pada posisi 5.
Farmakokinetika karbamazepin
Farmakokinetika dari karbamazepin beragam. Dipengaruhi oleh jumlah fraksi larut air dan dari kemampuan obat anti kejang lain (temasuk karbamazepin itu sendiri) yang meningkatkan metabolisme oleh enzim. Ikatan protein plasmanya 75–78%. Terdistribusi dengan cepat ke seluruh jaringan Vd 0.88 ± 0.06 L/kg pada org dewasa dan 1.2 ± 0.2 L/kg pd anak-anak. Perbedaan besar dlm klirens timbul karena autoinduksi enzim hati. Hanya sekitar 2% dieksresikan dlm bntuk utuh dlm urin.
Karbamazepin dimetabolisme menjadi carbamazepine-10,1l-epoxide yg aktif farmakologi. Konsentrasi metabolitnya dalam plasma dan otak dapat mencapai 50%. Konsentrasi terapeutik dilaporkan antara 6-12 μg/mL. Efek samping yang berhubungan dengan SSP sering pada konsentrasi diatas 9 μg/mL.
Karbamazepin diabsorbsi secara lambat dan tidak teratur setelah pemberian oral. Puncak plasma biasanya 4-8 jam setelah pemberian oral, tapi dapat diperlambat sampai 24 jam, terlebih bila pemberian dosis besar.
Dalam penggunaan terapi jangka panjang, lebih banyak efek yang tidak diinginkan yang timbul termasuk vertigo, ataksia, pandangan kabur dan frekuensi kejang meningkat pada overdosis. Komplikasi terakhir dari terapi yang menggunakan karbamazepin adalah retensi air dengan penurunan osmolalitas dan konsentrasi Na­ terutama terjadi pada pasien usia lanjut dgn penyakit jantung.
Interaksi obat : pemberian bersamaan dengan luminal, fenitoin dan asam valproat dapat meningkatkan metabolismenya. Karbamazepin dapat mengurangi konsentrasi plasma dan efek terapeutik dari haloperidol. Metabolisme karbamazepin dapat dihambat dengan pemberian bersama propoxylen, eritromisin, simetidin dan isoniazid.
Asam Valproat
Rumus struktur

Merupakan cabang rantai sederhana dari asam karboksilat. Rantai cabang asam karboksilat berpotensi mirip dengan asam valproat dalam mengantagonis kejang. Namun, penambahan jumlah atom C ke-9 memperlihatkan kemampuan sedatif. Asam dengan rantai lurus aktivitasnya kecil atau tidak memiliki aktivitas sama sekali. Farmakologi asam valproat sama dengan karbamazepin dan fenitoin.
Farmakokinetika Asam valproat
Asam valproat diabsobsi dengan cepat dan utuh setelah pemberian oral. Puncak konsentrasi plasma 1-4 jam, walaupun dapat menjadi lebih lalmbat jika diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau diberikan bersama makanan.
Volume distribusinya 0,2 L/Kg. Ikatan protein plasma ±90%. Fraksi obat yang terikat berkurang bila konsentrasi total valproat ditingkatkan selama terapi.
Umumnya 95% dimetabolisme di hati dengan kurang dari 5% dieksresikan secara uruh melalui urin. Waktu paruh eliminasinya kira-kira 15 jam, tapi dapat berkurang pada pasien yang menggunakan obat anti epilepsi lain. Konsentrasi plasma valproat kira-kira 30-90 μg/mL. Namun ada korelasi yang lemah antara konsentrasi plasma dengan efikasinya.
Asam valproat memiliki beberapa efek terhadap fungsi hati. Peningkatan transaminase hati pada plasma diteliti terjadi pada hingga 40% pasien dan biasanya tanpa gejala selama beberapa bulan pertama pada terapi. Anak-anak dibawah umur 2 tahun dengan kondisi medis lain yang diberikan obat anti kejang beberapa kali menderita cedera hati fatal. Efek toksik umumnya gangguan pencernaan sementara termasuk anoreksia, mual dan muntah.
Konsentrasi tunak dicapai dalam 2–4 hari. Dibutuhkan beberapa minggu untuk mencapai efek terapi maximal. Nilai MEC nya 45 mg/L dan MTC 125 mg/L. Kadar serumnya 50-120 mg / L (350-830 _mol / L). Beberapa pasien memerlukan dan dapat mentolerir tingkat serum sampai 150 mg / L. Gemetaran, lekas marah, kebingungan, dan kegelisahan dapat diamati pada tingkat> 100-150 mg / L.
Interaksi obat : dapat menghambat metabolisme fenitoin dan luminal bila diberikan scara bersamaan.

farmakoterapi angina pektoris





Pendahuluan
Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas dihentikan. Merupakan kompleks gejala tanpa kelainan morfologik permanen miokardium yang disebabkan oleh insufisiensi relatif yang sementara di pembuluh darah koroner.
Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 2 juta orang di Inggris memiliki atau pernah memiliki angina. Prevalensi angina lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita, dan meningkat tajam seiring usia.
Prevalensi angina pada perempuan meningkat 0,1-1% pada mereka yang berusia 45-54 tahun mjd 10-15% pada mereka yang berusia 65-74 tahun.
Prevalensi angina pada laki-laki meningkat dari 2-5% pada mereka yang berusia 45-54 tahun mjd 10-20% pada mereka yang berusia 65-74 tahun.
Peningkatan terjadi secara signifikan pada tingkat sosial-ekonomi yg lebih rendah.



Etiologi:
Angina Pektoris disebabkan oleh karena berkurangnya aliran darah ke arteria koronaria yang salah satu penyebabnya adalah aterosklerosis, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke myocardium dan kebutuhan oksigen.
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :
1. Emosi
2. Stress
3. Kerja fisik terlalu berat
4. Hawa terlalu panas dan lembab
5. Terlalu kenyang
6. Banyak merokok
Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya penimbunan asam laktat, maka nyeri angina pektoris mereda. Dengan demikian, angina pektoris merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.
Terdapat tiga jenis angina, yaitu :
1. Angina stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.
2. Angina prinzmetal
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis.
3. Angina tak stabil
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal ;dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
Diagnosis
Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut :
- Letak
Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah epigastrium, leher, rahang, gigi, bahu.
- Kualitas
Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien kurang.
- Hubungan dengan aktivitas
Nyeri dada pada angina pektoris biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau naik tangga. Pada kasus yang berat aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
- Lamanya serangan
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan angina pektoris biasa. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.



Pemeriksaan penunjang
- Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina; dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada saat serangan angina, EKG akan menunjukkan depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.
- Foto rontgen dada
Foto rontgen dada seringmenunjukkan bentuk jantung yang normal; pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.



Penatalaksanaan
Terapi non-farmakologis
Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan mengontrol emosi, mengurangi kerja yang berat dimana membutuhkan banyak oksigen dalam aktivitasnya, mengurangi konsumsi makanan berlemak, dan istirahat yang cukup. Disarankan untuk mengubah gaya hidup antara lain menghentikan konsumsi rokok; menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, melakukan olah raga ringan secara teratur; jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara teratur; dan melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid.
Untuk pasien dengan gejala angina yang tidak dapat lagi diatasi dengan terapi obat, pasien dengan stenosis arteri koroner kiri lebih besar dari 50% dengan atau tanpa gejala, pasien dengan penyakit di tiga pembuluh darah dengan disfungsi ventrikel kiri jantung, pasien dengan angina tidak stabil, dan pasien dengan post-infark miokard dengan lanjutan angina atau iskemik lebih parah, dapat dilakukan revaskularisasi, yang dilakukan dengan prosedur yang disebut coronary artery bypass grafting (CABG) dan percutaneous transluminal coronary angioplasty (PTCA).



Terapi farmakologis
Terapi farmakologis meliputi:
Nitroglycerine sublingual; untuk pertolongan cepat untuk angina; mampu menurunkan suara arteriolar dan venous, mengurangi kebutuhan oksigen jantung, memperbaiki aliran darah jantung dengan dilatasi (pelebaran) pembuluh. Mekanisme kerjanya melalui pembentukan radikal bebas Nitrogen Oksida (NO) menstimulasi guanilat siklase sehingga kadar siklik-GMP menyebabkan defosforilasi miosin sehingga terjadi relaksasi otot polos.
Aspirin sebagai antiplatelet untuk mengurangi agregasi platelet dan trombosis di arteri sehingga juga dapat mengurangi sumbatan di pembuluh darah
β-bloker dengan prioritas MI; memiliki mekanisme kerja mengurangi kebutuhan oksigen jantung selama penggunaan dan stress dengan cara mengurangi kecepatan dan kontraktilitas denyut jantung
Inhibitor ACE untuk pasien dengan CAD (penyakit arteri koroner) dan diabetes atau disfungsi sistole left ventricle (LV); mempunyai mekanisme kerja sebagai antagonis pelepasan mediator dari angiotensin II pada sel otot polos, mencegah plak atherosclerotic ruptur dengan mengurangi inflamasi, mengurangi hipertropi ventrikel kiri jantung, dan memperbaiki fungsi endotelial
Terapi untuk menurunkan LDL dengan CAD dan LDL konsentrasi >130 mg/dl (catatan: diturunkan sampai kurang dari 100 mg/dl);
Calcium antagonist/long-acting nitrat untuk mengurangi gejala jika kontraindikasi β-bloker; dengan cara mengurangi kebutuhan oksigen jantung dan menginduksi vasodilatasi (pelebaran pembuluh) arteri koroner. Calcium antagonist/long-acting nitrat dikombinasikan dengan β-bloker jika pengobatan utama dengan β-bloker tidak berhasil. Calcium antagonist/long-acting nitrat sebagai pengganti β-bloker jika pengobatan utama dengan β-bloker mempunyai efek samping yang tidak dapat diterima.




Daftar Pustaka
Tjay, T.H., dan Kirana, R., 2007, Obat-obat Penting, Khasiat, penggunaan dan efek sampingnya, edisi ke-enam, Penerbit Elex Media Komputindo; Jakarta.
Katzung, B.G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi pertama, Salemba; Jakarta.
Corwin, E.J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, Alih bahasa Pendit, B.U., Editor Endah, P., Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta.
Setiawati, A. dan Suyatna, 2005, Obat Antiangina, Farmakologi dan Terapi, Edisi keempat, Penerbit Bagian Farmakologi FKUI; Jakarta.
Djohan, T.B.A., 2004, e-repository, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner, Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.
Wood, D.A,2005, Medicographia, Vol 27, London, United Kingdom.